Krisis finansial yang melanda Amerika Serikat dua tahun lalu masih jauh dari pemulihan. Pertumbuhan pada kuartal ketiga yang sebesar 2,5 persen memang lebih tinggi dari perkiraan, namun tingkat pengangguran masih 9,6 persen.
Melihat kondisi itu, bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserves, terpaksa melakukan langkah radikal kemarin dengan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2011 dari 3,5-4,2 persen menjadi 3-3,6 persen.
Tingkat pengangguran akan tetap di level 9 persen dan berada di atas 8 persen sampai akhir 2012. Keputusan ini dibuat setelah Fed mengumumkan rencana untuk membeli surat utang negaranya sampai US$ 600 miliar dalam rangka meningkatkan pertumbuhan.
Tapi rupanya tidak semua pejabat Fed percaya pembelian surat utang akan menaikkan pertumbuhan ekonomi. Bahkan beberapa di antara mereka menilai langkah ini hanya akan menyebabkan sistem perbankan rentan inflasi.
"Sangat mengejutkan melihat bagaimana Fed terpecah," kata ekonom senior dari Bank Wells Fargo, Mark Vitner. "Jelas terlihat keputusan ini digulirkan oleh Ben Bernanke (Gubernur Federal Reserves)."
Pemangkasan pertumbuhan ekonomi Amerika tidak terlalu berdampak pada pergerakan bursa regional Asia dan Eropa kemarin. Harga saham di dua benua itu tidak terlalu bergerak, meskipun ada kekhawatiran soal dampak perang antara Korea Utara dan Korea Selatan.
Banyak pelaku pasar mulai bergerak ke investasi yang lebih aman, seperti emas dan surat utang pemerintah Jepang. Nilai tukar euro bergerak dari level enam pekan terendahnya, namun masih dalam tren lemah di tengah rencana pemberian dana talangan untuk masalah utang Irlandia.
Nilai mata uang Korea Selatan, won, naik 0,5 persen setelah terjadi konflik di Semenanjung Korea. Harga saham dan obligasi berjangkanya naik, yang mengindikasikan investor jangka panjang melihat kesempatan untuk mengambil cepat dan murah. Indeks acuan Korea Selatan, Kospi, ditutup turun 0,2 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar