KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena kami dapat menyelesaikan Makalah ini. Penyusunan Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia tentang Kalimat Efektif. Selain
itu tujuan dari penyusunan Makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang
pengetahuan Bahasa secara meluas.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Tri
Budiarta selaku dosen Bahasa Indonesia kami yang telah membimbing kami agar
dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirnya kami menyadari bahwa Makalah ini sangat
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami
menerima kritik dan saran agar penyusunan Makalah selanjutnya menjadi lebih
baik. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih dan semoga karya tulis ini
bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
Jakarta, 12
April 2012
BAB
I
PENDAHULUAN
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang
digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain pemakai bahasa itu.
Bahasa itu berisi pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si
pembicara atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung
maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu
dapat diterima oleh pendengar atau pembaca. Kalimat yang dapat mencapai
sasarannya secara baik disebut dengan kalimat efektif.
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau gagasan yang disampaikan sudah
tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas,
dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau pembicaranya. Akan
tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai. Misalnya, ada sebagian lawan
bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang diucapkan atau yang
dituliskan.
Supaya kalimat yang dibuat dapat mengungkapkan
gagasan pemakainya secara tepat, unsur kalimat-kalimat yang digunakan harus
lengkap dan eksplisit. Artinya, unsur-unsur kalimat seharusnya ada yang tidak
boleh dihilangkan. Sebaliknya, unsur-unsur yang seharusnya tidak ada tidak
perlu dimunculkan. Kelengkapan dan keeksplisitan semacam itu dapat diukur
berdasarkan keperluan komunikasi dan kesesuaiannya dengan kaidah (Mustakim,
1994:86).
Dalam karangan ilmiah sering kita jumpai
kalimat-kalimat yang tidak memenuhi syarat sebagai bahasa ilmiah. Hal ini
disebabkan oleh, antara lain, mungkin kalimat-kalimat yang dituliskan kabur,
kacau, tidak logis, atau bertele-tele. Dengan adanya kenyataan itu, pembaca
sukar mengerti maksud kalimat yang kita sampaikan karena kalimat tersebut tidak
efektif. Berdasarkan kenyataan inilah penulis tertarik untuk membahas kalimat
efektif dengan segala permasalahannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
Kalimat efektif adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran
atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang
lain.
2.1 Kalimat efektif memiliki syarat-syarat sebagai
berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau
penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara
pikiran pendengar atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas,
yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan
kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa.
A.
Kesepadanan
Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan
antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat
ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang
baik.
Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri,
seperti tercantum di bawah ini:
Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan
jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat
kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat
dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada,
sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus
membayar uang kuliah. (Salah)
b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus
membayar uang kuliah. (Benar)
Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
a. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para
dosen.
b. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara
berikut :
a. Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh
para dosen.
b. Saat itu bagi saya kurang jelas.
Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada
kalimat tunggal.
Contoh:
a. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak
dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan
dia membeli sepeda motor Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan
dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua
gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung
antarkalimat, sebagai berikut:
a. Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak
dapat mengikuti acara pertama. Atau
Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak
dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan
dia membeli sepeda motor Suzuki.
Atau
Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi,
dia membeli sepeda motor Suzuki.
Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop
Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
a. Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
B.
Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan
bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama
menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga
menggunakan verba.
Contoh:
Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah
kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian
air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat a tidak mempunyai kesejajaran karena dua
bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu
dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan
kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat b tidak memiliki kesejajaran karena kata
yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan,
memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi
predikat yang nomial, sebagai berikut.
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah
kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian
air, dan pengaturan tata ruang.
C.
Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah
suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide
yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada
penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan
kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa
dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa
dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan
mengubah posisi kalimat.
Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi
berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi
berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
Melakukan pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan
kelembutan mereka.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang
ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan
jujur.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung jawab.
D.
Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif
adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak
perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat
menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan
terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata
bahasa.
Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghilangkan pengulangan subjek.
Perhatikan contoh:
Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat
itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui
bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu adalah sebagai berikut.
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke tempat
itu.
Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui bahwa
presiden datang.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
Perhatikan:
Ia memakai baju warna merah.
Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah mencakupi kata burung.
Kalimat itu dapat diubah menjadi
a. Ia memakai baju merah.
b. Di mana engkau menangkap pipit itu?
Penghematan dapat dilakukan dengan cara
menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
Perhatikan kalimat-kalimat di bawah ini.
Dia hanya membawa badannya saja.
Sejak dari pagi dia bermenung.
Kata naik bersinonim dengan ke atas.
Kata turun bersinonim dengan ke bawah.
Kalimat ini dapat diperbaiki menjadi
Dia hanya membawa badannya.
Sejak pagi dia bermenung.
Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak
menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk tidak baku bentuk baku :
Para tamu-tamu para tamu.
Beberapa orang-orang beberapa orang.
E.
Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu
tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat
berikut.
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu
menerima hadiah.
Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat 1 memilikimakna ganda, yaitu siapa yang
terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat 2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah
uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat berikut.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri
raja, para hulubalang, dan para menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata
yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah
menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para
hulubalang, dan para menteri.
F.
Kepaduan
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah
kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya
tidak terpecah-pecah.
1. Kalimat
yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian
kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu
dan yang secara tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia
dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
Silahkan Anda perbaiki kalimat di atas supaya
menjadi kalimat yang padu.
2. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen
+ verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
a. Surat itu saya sudah baca.
b. Saran yang dikemukakannya kami akan
pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab
aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk
a. Surat itu sudah saya baca.
b. Saran yang dikemukakannya akan kami
pertimbangkan.
3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah
kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior
pada rumah-rumah adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan membahas desain interior pada
rumah-rumah adat.
G.
Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide
kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang
berlaku.
2.2 Ketidakefektifan Kalimat
Menurut Nazar (1991, 44:52) ketidakefektifan kalimat
dikelompokkan menjadi (1) ketidaklengkapan unsur kalimat, (2) kalimat
dipengaruhi bahasa Inggris, (3) kalimat mengandung makna ganda, (4) kalimat
bermakna tidak logis, (5) kalimat mengandung gejala pleonasme, dan (6) kalimat
dengan struktur rancu.
1. Ketidaklengkapan Unsur Kalimat
Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya bahwa
kalimat efektif harus memiliki unsur-unsur yang lengkap dan eksplisit. Untuk
itu, kalimat efektif sekurang-kurangnya harus mengandung unsur subjek dan
predikat. Jika salah satu unsur atau kedua unsur itu tidak terdapat dalam
kalimat, tentu saja kalimat ini tidak lengkap. Adakalanya suatu kalimat
membutuhkan objek dan keterangan, tetapi karena kelalaian penulis, salah satu
atau kedua unsur ini terlupakan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh
berikut.
(1) Dalam penelitian ini menggunakan metode
deskriptif.
(2) Masalah yang dibahas dalam penenelitian ini.
(3) Untuk membuat sebuah penelitian harus menguasai
metodologi penelitian.
(4) Bahasa Indonesia yang berasal dari Melayu.
(5) Dalam rapat pengurus kemarin sudah memutuskan.
(6) Sehingga masalah itu dapat diatasi dengan baik.
Kalau kita perhatikan kalimat di atas terlihat bahwa
kalimat (1) tidak memiliki subjek karena didahului oleh kata depan dalam;
kalimat (2) dan (4) tidak memiliki predikat hanya memiliki subjek saja; kalimat
(3) tidak memiliki subjek; kalimat (5) tidak memiliki subjek dan objek; kalimat
(6) tidak memiliki subjek dan predikat karena hanya terdiri atas keterangan
yang merupakan anak kalimat yang berfungsi sebagai keterangan. Agar
kalimat-kalimat di atas menjadi lengkap, kita harus menghilangkan bagian-bagian
yang berlebih dan menambah bagian-bagian yang kurang sebagaimana terlihat pada
contoh berikut.
(1a) Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
(1b) Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
deskriptif.
(2a) Masalah yang dibahas dalam penelitian ini
adalah jenis dan makna konotasi teka-teki dalam bahasa Minangkabau.
(3a) Untuk membuat sebuah penelitian kita harus
menguasai metodologi penelitian.
(4a) Bahasa Indonesia berasal dari Melayu.
(5a) Dalam rapat pengurus kemarin kita sudah
memutuskan program baru.
(6a) Kita harus berusaha keras sehingga masalah itu
dapat diatasi dengan baik.
2. Kalimat Dipengaruhi Bahasa Inggris
Dalam karangan ilmiah sering dijumpai pemakaian
bentuk-bentuk di mana, dalam mana, di dalam mana, dari mana, dan yang mana
sebagai penghubung. Menurut Ramlan (1994:35-37) penggunaan bentuk-bentuk
tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh bahasa asing, khususnya bahasa
Inggris. Bentuk di mana sejajar dengan penggunaan where, dalam mana dan di
dalam mana sejajar dengan pemakaian in which, dan yang mana sejajar dengan
which. Dikatakan dipengaruhi oleh bahasa Inggris karena dalam bahasa Inggris
bentuk-bentuk itu lazim digunakan sebagai penghubung sebagaimana terlihat pada
contoh berikut.
(7) The house where he live very large.
(8) Karmila opened the album in which he had kept
her new photogragraph.
(9) If I have no class, I stay at the small building
from where the sound of gamelan can be heard smoothly
(10) The tourism sector which is the economical back
bone of country must always be intensified.
Pemakaian bentuk-bentuk di mana, dalam mana, di
dalam mana, dari mana, dan yang mana sering ditemui dalam tulisan seperti yang
terlihat pada data berikut.
(11) Kantor di mana dia bekerja tidak jauh dari
rumahnya.
(12) Kita akan teringat peristiwa 56 tahun yang lalu
di mana waktu itu bangsa Indonesia telah berikrar.
(13) Rumah yang di depan mana terdapat kios kecil
kemarin terbakar.
(14) Sektor pariwisata yang mana merupakan tulang
punggung perekonomian negara
harus senantiasa ditingkatkan.
(15) Mereka tinggal jauh dari kota dari mana
lingkungannya masih asri.
Bentuk-bentuk di mana, di depan mana, dari mana,
yang mana, dan dari mana dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menandai kalimat
tanya. Bentuk di mana dan dari mana dipakai untuk menyatakan ‘tempat’, yaitu
‘tempat berada’ dan ‘tempat asal’, sedangkan yang mana untuk menyatakan
pilihan. Jadi, kalimat (11-15) di atas seharusnya diubah menjadi:
(11a) Kantor tempat dia bekerja tidak jauh dari
rumahnya.
(12a) Kita akan teringat peristiwa 56 tahun yang
lalu yang waktu itu bangsa Indonesia
telah berikrar.
(13a) Rumah yang di depan kios kecil kemarin
terbakar.
(14a) Sektor pariwisata yang merupakan tulang punggung
perekonomian negara harus
senantiasa ditingkatkan.
(15a) Mereka tinggal jauh dari kota yang
lingkungannya masih asri.
3. Kalimat Mengandung Makna Ganda
Agar kalimat tidak menimbulkan tafsir ganda, kalimat
itu harus dibuat selengkap mungkin atau memanfaatkan tanda baca tertentu. Untuk
lebih jelasnya perhatikan data berikut.
(16) Dari keterangan masyarakat daerah itu belum
pernah diteliti.
(17) Lukisan Basuki Abdullah sangat terkenal.
Pada kalimat (16) di atas terdapat dua kemungkinan
hal yang belum pernah diteliti yaitu masyarakat di daerah itu atau daerahnya.
Agar konsep yang diungkapkan kalimat itu jelas, tanda koma harus digunakan
sesuai dengan konsep yang dimaksudkan. Kalimat (16) tersebut dapat ditulis
sebagai berikut.
(16a) Dari keterangan (yang diperoleh), masyarakat
daerah itu belum pernah diteliti.
(16b) Dari keterangan masyarakat, daerah itu belum
pernah diteliti.
Pada kalimat (17) terdapat tiga kemungkinan ide yang
dikemukakan, yaitu yang sangat terkenal adalah lukisan karya Basuki Abdullah
atau lukisan diri Basuki Abdullah atau lukisan milik Basuki Abdullah seperti
yang terlihat data-data (17a), (17b), dan (17c) berikut.
(17a) Lukisan karya Basuki Abdullah sangat terkenal.
(17b) Lukisan diri Basuki Abdullah sangat terkenal.
(17c) Lukisan milik Basuki Abdullah sangat terkenal.
Pemakaian tanda hubung juga dapat digunakan untuk
memperjelas ide-ide yang diungkapkan pada frase pemilikan. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan berikut.
(18) Ani baru saja membeli buku sejarah baru.
Kalimat (18) di atas mengandung ketaksaan yaitu yang
baru itu buku sejarahnyakah atau sejarahnya yang baru. Untuk menghindari
ketaksaan makna, digunakan tanda hubung agar konsep yang diungkapkan jelas
sesuai dengan yang dimaksudkan. Kalimat (18a) yang baru adalah buku sejarahnya,
sedangkan kalimat (18b) yang baru adalah sejarahnya.
(18a) AAni baru saja membeli buku-sejarah baru.
(18b) Ani baru saja membeli buku sejarah-baru.
4. Kalimat Bermakna Tidak Logis
Kalimat efektif harus dapat diterima oleh akal sehat
atau bersifat logis. Kalimat
(19) berikut tergolong kalimat yang tidak logis.
(19) Dengan mengucapkan syukur alhamdulillah
selesailah makalah ini.
Kalau kita perhatikan secara sepintas kalimat (19)
di atas tampaknya tidak salah. Akan tetapi, apabila diperhatikan lebih seksama
ternyata tidak masuk akal. Seseorang untuk menyelesaikan sebuah makalah harus
bekerja dulu dan tidak mungkin makalah itu akan dapat selesai hanya dengan
membaca alhamdulillah. Jadi, supaya kalimat itu dapat diterima, kalimat itu
dapat diubah menjadi:
(20a) Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke
hadirat Allah Yang Mahakuasa karena dengan izin-Nya jualah makalah ini dapat
diselesaikan.
5. Kalimat Mengandung Pleonasme
Kalimat pleonasme adalah kalimat yang tidak ekonomis
atau mubazir karena adaterdapat kata-kata yang sebetulnya tidak perlu
digunakan. Menurut Badudu (1983:29) timbulnya gejala pleonasme disebabkan oleh
(1) dua kata atau lebih yang sama maknanya dipakai sekaligus dalam suatu
ungkapan, (2) dalam suatu ungkapan yang terdiri atas dua patah kata, kata kedua
sebenarnya tidak diperlukan lagi sebab maknanya sudah terkandung dalam kata
yang pertama, dan (3) bentuk kata yang dipakai mengandung makna yang sama
dengan kata kata lain yang dipakai bersama-sama dalam ungkapan itu.
Contoh-contoh pemakaian bentuk mubazir dapat dilihat
berikut ini.
(20) Firmarina meneliti tentang teka-teki bahasa
Minangkabau.
(21) Banyak pemikiran-pemikiran yang dilontarkan
dalam pertemuan tersebut.
(22) Pembangunan daripada waduk itu menjadi sisa-sia
pada musim kemarau panjang ini.
(23) Air sumur yang digunakan penduduk tidak sehat
untuk digunakan.
(24) Jika dapat ditemukan beberapa data lagi, maka
gejala penyimpangan perilaku itu
dapat disimpulkan.
Pada kalimat (20) kata tentang (preposisi lainnya)
yang terletak antara predikat dan objek tidak boleh digunakan karena objek
harus berada langsung di belakang predikat. Pada kalimat (21) kata pemikiran
tidak perlu diulang karena bentuk jamak sudah dinyatakan dengan menggunakan
kata banyak. Atau dengan kata lain, kata banyak dapat juga dihilangkan. Pada
kalimat (22) kata daripada tidak perlu digunakan karena antara unsur-unsur
frase pemilikan tidak diperlukan preposisi. Pada kalimat (23) terdapat
pengulangan keterangan ‘yang digunakan’. Pengulangan ini tidak perlu. Pada
kalimat (24) terdapat dua buah konjungsi yaitu jika dan maka.Dengan adanya dua
konjungsi ini, tidakdiketahui unsur mana sebagai induk kalimat dan unsur mana
sebagai anak kalimat.
Dengan demikian kedua unsur itu merupakan anak
kalimat. Jadi, kalimat (24) tidak mempunyai induk kalimat. Kalau begitu, satu
konjungsi harus dihilangkan supaya satu dari dua unsur itu menjadi induk
kalimat. Jadi, kalimat-kalimat (20-24) dapat diubah menjadi kalimat efektif
sebagaimana terlihat pada data berikut.
(20a) Firmarina meneliti teka-teki bahasa
Minangkabau.
(21a) Banyak pemikiran-pemikiran baru dilontarkan
dalam pertemuan tersebut.
(21b) Pemikiran-pemikiran baru dilontarkan dalam
pertemuan tersebut.
(22a) Pembangunan waduk itu menjadi sisa-sia pada
musim kemarau panjang ini.
(23a) Air sungai yang digunakan penduduk tidak
sehat.
(24a) Jika dapat ditemukan beberapa data lagi,
gejala penyimpangan perilakuitu dapat disimpulkan.
Berikut ini akan dicontohkan kalimat pleonasme yang
terdiri atas dua kata atau lebih yang mempunyai makna yang hampir sama.
(25) Kita harus bekerja keras agar supaya tugas ini
dapat berhasil.
Kalimat (25) akan efektif jika diubah menjadi:
(25a) Kita harus bekerja keras supaya tugas ini
dapat berhasil.
(25b) Kita harus bekerja keras agar tugas ini dapat
berhasil.
6. Kalimat dengan Struktur Rancu
Kalimat rancu adalah kalimat yang kacau susunannya.
Menurut Badudu (1983:21) timbulnya kalimat rancu disebabkan oleh (1) pemakai
bahasa tidak mengusai benar struktur bahasa Indonesia yang baku, yang baik dan
benar, (2) Pemakai bahasa tidak memiliki cita rasa bahasa yang baik sehingga
tidak dapat merasakan kesalahan bahasa yang dibuatnya, (3) dapat juga kesalahan
itu terjadi tidak dengan sengaja. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh
berikut.
(26) Dalam masyarakat Minangkabau mengenal sistem
matriakat.
(27) Mahasiswa dilarang tidak boleh memakai sandal
kuliah.
(28) Dia selalu mengenyampingkan masalah itu.
Kalimat (26) di atas disebut kalimat rancu karena
kalimat tersebut tidak mempunyai subjek. Kalimat (26) tersebut dapat diperbaiki
menjadi kalimat aktif (26a) dan kalimat pasif (26b). Sementara itu, kalimat
(27) terjadi kerancuan karena pemakaian kata dilarang dan tidak boleh disatukan
pemakaiannya. Kedua kata tersebut sama maknanya. Jadi, kalimat (27) dapat
diperbaiki menjadi kalimat (27a) dan (27b). Pada kalimat (28) kerancuan terjadi
pada pembentukan kata dan kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi kalimat
(28a).
(26a) Masyarakat Minangkabau mengenal sistem
matriakat.
(26b) Dalam masyarakat Minangkabau dikenal sistem
matriakat.
(27a) Mahasiswa dilarang memakai sandal kuliah.
(27b) Mahasiswa tidak boleh memakai sandal kuliah.
(28a) Dia selalu mengesampingkan masalah itu.
Di samping itu, juga terdapat bentukan kalimat yang
tidak tersusun secara sejajar. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.
(29) Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi
pimpinan belum menyetujui.
Ketidaksejajaran bentuk pada kalimat di atas
disebabkan oleh penggunaan bentuk kata kerja pasif diusulkan yang dikontraskan
dengan bentuk aktif menyetujui. Agar menjadi sejajar, bentuk pertama
menggunakan bentuk pasif, hendaknya bagian kedua pun menggunakan bentuk pasif.
Sebaliknya, jika yang pertama aktif, bagian kedua pun aktif. Dengan demikian,
kalimat tersebut akan memiliki kesejajaran jika bentuk kata kerja diseragamkan
menjadi seperti di bawah ini.
(29a)Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi
belum disetujui pimpinan.
(29b)Kami sudah lama mengusulkan program ini, tetapi
pimpinan belum menyetujuinya.
Pola Kesalahan
Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan
yang umum terjadi dalam penulisan serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang
efektif.
1. Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam
sebuah kalimat :
- Sejak dari usia delapan tauh ia telah ditinggalkan
ayahnya.
(Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan
ayahnya.)
- Hal itu disebabkan karena perilakunya sendiri yang
kurang menyenangkan.
(Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang
menyenangkan.
- Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi
kebutuhan hidup.
(Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan
hidup.)
- Pada era zaman modern ini teknologi berkembang
sangat pesat.
(Pada zaman modern ini teknologi berkembang sangat
pesat.)
- Berbuat baik kepada orang lain adalah merupakan
tindakan terpuji.
(Berbuat baik kepada orang lain merupakan tindakan
terpuji.)
2. Penggunaan kata berlebih yang ‘mengganggu’
struktur kalimat :
- Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa
kurikulum akan segera diubah.
(Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum
akan segera diubah. / Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera
diubah.
- Kepada yang bersalah harus dijatuhi hukuman
setimpal.
(Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.)
3. Penggunaan imbuhan yang kacau :
- Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan.
(Yang meminjam buku di perpustakaan harap
mengembalikan. / Buku yang dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan)
- Ia diperingati oleh kepala sekolah agar tidak
mengulangi perbuatannya.
(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak
mengulangi perbuatannya.
- Operasi yang dijalankan Reagan memberi dampak
buruk.
(Oparasi yang dijalani Reagan berdampak buruk)
- Dalam pelajaran BI mengajarkan juga teori
apresiasi puisi.
(Dalam pelajaran BI diajarkan juga teori apresiasi
puisi. / Pelajaran BI mengajarkan juga apresiasi puisi.)
4. Kalimat tak selesai :
- Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk
sosial yang selalu ingin berinteraksi.
(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk
sosial, selalu ingin berinteraksi.)
- Rumah yang besar yang terbakar itu.
(Rumah yang besar itu terbakar.)
5. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang
tidak baku :
- Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk.
(Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.)
Kata-kata lain yang sejenis dengan itu antara lain
menyolok, menyuci, menyontoh, menyiptakan, menyintai, menyambuk, menyaplok,
menyekik, menyampakkan, menyampuri, menyelupkan dan lain-lain, padahal
seharusnya mencolok, mencuci, mencontoh, menciptakan, mencambuk, mencaplok,
mencekik, mencampakkan, mencampuri, mencelupkan.
- Pertemuan itu berhasil menelorkan ide-ide
cemerlang.
(Pertemuan itu telah menelurkan ide-ide cemerlang.)
- Gereja itu dilola oleh para rohaniawan secara
professional.
(Gereja itu dikelola oleh para rohaniwan secara
professional.)
- tau menjadi tahu
- negri menjadi negeri
- kepilih menjadi terpilih
- faham menjadi paham
- ketinggal menjadi tertinggal
- himbau menjadi imbau
- gimana menjadi bagaimana
- silahkan menjadi silakan
- jaman menjadi zaman
- antri menjadi antre
- trampil menjadi terampil
- disyahkan menjadi disahkan
6. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang
mana’ :
- Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat
baik.
(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat
baik.)
- Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan
harus selalu bersih.
(Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan
harus selalu bersih.)
- Manusia membutuhkan makanan yang mana makanan itu
harus mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.
(Manusia membutuhkan makanan yang mengandung zat-zat
yang diperlukan oleh tubuh.)
7. Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat :
- Seorang daripada pembatunya pulang ke kampung
kemarin.
(Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung
kemarin.)
- Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar
daripada pengawasannya.
(Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar dari
pengawasannya.)
- Tendangan daripada Ricky Jakob berhasil mematahkan
perlawanan musuh.
(Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan
perlawanan musuh.)
8. Pilihan kata yang tidak tepat :
- Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono
menyempatkan waktu untuk berbincang bincang dengan masyarakat.
(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan
diri untuk berbincang-bincang dengan masyarakat.)
- Bukunya ada di saya.
(Bukunya ada pada saya.)
9. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti
:
- Usul ini merupakan suatu perkembangan yang
menggembirakan untuk memulai pembicaraan damai antara komunis dan pemerintah
yang gagal.
Kalimat di atas dapat menimbulkan salah pengertian.
Siapa/apa yang gagal? Pemerintahkah atau pembicaraan damai yang pernah
dilakukan?
(Usul ini merupakan suatu perkembangan yang
menggembirakan untuk memulai kembali pembicaraan damai yang gagal antara pihak
komunis dan pihak pemerintah.
- Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri
Judul berita di atas dapat menimbulkan salah
pengertian. Siapa/apa yang dimaksud Santosa? Nama sopir atau nama bus? Yang
masuk jurang busnya atau sopirnya?
(Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)
10. Pengulangan kata yang tidak perlu :
- Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku
setahun.
(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul
buku.)
- Film ini menceritakan perseteruan antara dua
kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu perseteruan antara kelompok Tang Peng
Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.
(Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok
Tan Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.)
11. Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah :
- Dokter itu mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya.
(Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS sangat
berbahaya.)
- Siapa yang dapat memastikan kalau kehidupan anak
pasti lebih baik daripada orang tuanya?
(Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan anak
pasti lebih baik daripada orang tuanya?)
CONTOH-CONTOH KALIMAT EFEKTIF DAN TIDAK EFEKTIF
1. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus
mebayar uang kuliah ( tidak efektif )
Seharusnya :Semua mahasiswa perguruan tinggi ini
harus membayar uang kuliah.
2. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para
dosen ( tidak efektif )
Seharusnya :Dalam menyusun laporan itu, saya di
bantu oleh para dosen.
3. Soal itu saya kurang jelas ( tidak efektif )
Seharusnya :Soal itu bagi saya kurang jelas.
4. Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak
dapat mengikuti acara pertama ( tidak efektif )
Seharusnya :Kami datang agak terlambat. Oleh karena
itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
5. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu
( tidak efektif )
Seharusnya : Bahasa Indonesia berasal dari bahasa
Melayu.
6. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop
Gunting ( tidak efektif )
Seharusnya : Sekolah kami terletak di depan bioskop
Gunting.
7. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes
( tidak efektif )
Seharusnya : Harga minyak dibekukan atau dinaikan
secara luwes.
8. Karena ia tidak diundang , dia tidak datang ke
tempat itu ( tidak efektif )
Seharusnya : Karena tidak diundang , dia tidak
datang ke tempat itu.
9. Hadirin serentak berdiri setelah mereka
mengetahui bahwa Presiden datang ( tidak efektif )
Seharusnya : hadirin serentak berdiri setelah
mengetahui bahwa presiden datang.
10. Dia hanya membawa badannya saja ( tidak efektif
)
Seharusnya : Dia hanya membawa badannya.
11. Sejak dari pagi dia bermenung ( tidak efektif )
Seharusnya : Sejak pagi dia bermenung.
12. Surat itu sudah saya baca ( tiak efektif )
Seharusnya : Surat itu sudah saya baca.
13. Saran yang di kemukakannya kami akan
pertimbangkan ( tidak efektif )
Seharusnya : Saran yang dikemukakannya akan kami
pertimbangkan.
14. Mereka membicarakan dari pada kehendak rakyat (
tidak efektif )
Seharusnya : Mereka membicarakan kehendak rakyat.
15. Pekerjaan itu dia tidak cocok ( tidak efektif )
Seharusnya : Pekerjaan itu bagi dia tidak cocok.
BAB
III
PENUTUP
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat
mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami oleh
pendengar/pembaca secara tepat pula. Akan tetapi, membuat kalimat efektif
tidaklah gampang karena memerlukan keterampilan tersendiri. Kesalahan yang banyak
ditemukan dapat dikelompokkan sebagai berikut, yaitu (1) ketidaklengkapan unsur
kalimat, (2) kalimat dipengaruhi bahasa Inggris, (3) kalimat mengandung makna
ganda, (4) kalimat bermakna tidak logis, (5) kalimat mengandung gejala
pleonasme, dan (6) kalimat dengan struktur rancu.
Daftar
Pustaka
Ali, Lukman dkk. 1991. Petunjuk Praktis Berbahasa
Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Badudu, J.S. 1983. Membina Bahasa Indonesia baku.
Bandung: Pustaka Prima.
Badudu, J.S. 1991. Pelik-pelik Bahasa Indonesia
.Bandung: Pustaka Prima.
Mustakim. 1994. Membina Kemampuan berbahasa: Panduan
ke Arah Kemahiran Berbahasa. Jakarta:Gramedia pustaka Prima.
Ramlan, M. dkk. 1994. Bahasa Indonesia yang Salah
dan Yang Benar. Yogyakarta: Andi Offset Yogyakarta.
Nazar, Noerzisri A. 1991. Bahasa indonesia Ragam
Ilmiah dan Kumpulan Soal Ujian Bahasa Indonesia. Bandung.